Register Login

Museum Pengkhianatan PKI

Jika kita mempelajari sejarah perjalanan bangsa ini, ternyata memiliki peristiwa tragis dan memilukan. Terlebih bila kita mengikuti peristiwa pemberontakan. Seperti semasa Partai Komunis Indonesia (PKI) berjaya. Dalam kancah perpolitikan Indonesia, justru tidak sedikit perjuangan PKI ini yang mengandung unsur kekerasan. Puncaknya peristiwa G 30 S/PKI pada 1965. Untuk mengetahui sepak terjang PKI inilah, di seberang pintu masuk menuju Lubang Buaya terdapat Museum Pengkhianatan PKI (Komunis).

Museum tersebut menceritakan secara jelas peristiwa-peristiwa pemberontakanPKI di seluruh Indonesia sejak kemerdekaan. Sebelum saya memasuki ruangan tersebut, mata tertuju di sisi kiri saya. Yaitu pada dua mobil yang jaraknya tak berjauhan. Keduanya adalah mobil dinas yang dipakai Jenderal TNI Anumerta Achmad Yani dan Soeharto ketika itu. Di sebelahnya mobil itu, terletak kantin yang menyediakan berbagai macam makanan dan minuman untuk pengunjung yang bermaksud mengisi perut.

Halaman depan museum pun tergolong luas dengan hiasan taman dan air mancur di tengahnya. Memasuki Museum Pengkhianatan PKI (Komunis) inilah tersajikan banyak diorama beserta penjelasan peristiwa. Ada pula diorama dalam bentuk peta yang menjelaskan pergerakan dan jalur penumpasannya. Juga beberapa senjata laras panjang. Semua tertata baik. Yakni sejak diorama pertama hingga terakhir memaparkan peristiwa pemberontakan dari tahun yang terlama (ketika PKI mulai bergerak) hingga tahun kekinian (ketika kekuatan PKI mulai tumbuh), termasuk juga Kongres V PKI di Jakarta.

Di antaranya Peristiwa Tiga Daerah di Karisidenan Pekalongan pada 8 Oktober 1945. Sebagaimana tulisan yang tertera, sesudah proklamasi kemerdekaan, kelompok komunis bawah tanah mulai muncul. Mereka memasuki organisasi-organisasi massa dan pemuda seperti Angkatan Pemuda Indonesia (API) dan Angkatan Muda Republik Indonesia (AMRI). Dengan menggunakan organisasi-organisasi massa pemuda inilah, orang-orang komunis memimpin aksi penggantian para pejabat pemerintah di tiga kabupaten Karisidenan Pekalongan yang meliputi Kabupaten Brebes, Kabupaten Tegal, dan Kabupaten Pemalang.

Usaha meredam gerakan dilakukan oleh Komite Nasional Indonesia (KNI) Tegal, namun gagal. Pada 8 Oktober 1945 AMRI Slawi di bawah pimpinan Sakirman, tokoh komunis bawah tanah dan AMRI Talang dipimpin oleh Kutil melakukan teror. Mereka menangkapi pejabat pemerintah dan melakukan pembunuhan yang mengerikan di jembatan Talang. Pada 4 November 1945, pasukan AMRI dan massa yang mereka pengaruhi melancarkan penyerbuan ke Kota Tegal.

Mereka menyerang kabupaten dan markas TKR, namun berhasil digagalkan. Setelah pergerakan di Tegal gagal, tokoh-tokoh komunis membentuk gabungan badan perjuangan tiga daerah yang dipimpin oleh K Mijaya untuk melakukan perebutan kekuasaan di Karisidenan Pekalongan. Selain itu, ada pula Peristiwa Revolusi Sosial di Langkat yang terjadi 9 Maret 1946.

Lahirnya Republik Indonesia belum sepenuhnya diterima oleh kerajaan-kerajaan yang masih ada di Sumatera Timur. Akibatnya, timbul rasa tidak puas pada sebagian rakyat dan menuntut agar sistem kerajaan dihapus. Situasi ini dimanfaatkan oleh kelompok komunis (PKI dan Pesindo) untuk menghapuskan pemerintahan dengan cara kekerasan. Akhirnya, pada 3 Maret 1946, apa yang disebut revolusi sosial dimulai.

Revolusi itu bukan gerakan massa secara spontanitas, tetapi gerakan yang sudah direncanakan. Revolusi tidak hanya ditujukan untuk menghapus pemerintah kerajaan, tetapi juga membunuh raja-raja dan keluarganya serta merampas harta benda kerajaan. Pada hari pertama aksi teror dan pembunuhan terjadi di Sunggal, Tanjung Balai, Rantau Prapat, dan Pematang Siantar. Walaupun pada 5 Maret 1946 Kerajaan Langkat secara resmi dibubarkan dan ditempatkan di bawah pemerintah RI di Sumatera Timur, namun menangkap dan keluarganya tidak lepas dari tindak kekerasan.

Hingga akhirnya, pada 9 Maret 1946 malam hari, massa PKI di bawah pimpinan tokoh PKI Usman Parinduri dan Marwan, menyerang Istana Sultan Langkat Darul Aman di Tanjung Pura. Malam itu pula istana diduduki oleh massa PKI. Sultan dan keluarganya ditawan dan dibawa ke Batang Sarangan. Beberapa orang anggota keluarga sultan dibunuh. Pemberontakan PKI juga terjadi di Madiun pada 18 September 1948. Juga mengenai Serangan Gerombolan PKI ke Asrama Polisi pada 6 Agustus 1951. Dimana sesudah pengakuan kedaulatan, sisa-sisa kekuatan bersenjata PKI membentuk gerombolan-gerombolan bersenjata. Seperti gerombolan Sunari di Jawa Timur dan Merapi-Merbabu-Compleks di Jawa Tengah.

Di Jakarta dan sekitarnya beroperasi gerombolan Eteh. Untuk menimbulkan rasa tidak percaya rakyat terhadap pemerintah, mereka menteror rakyat dengan cara perampokan, pembakaran, dan pembunuhan bahkan berani melawan pejabat tinggi negara dan aparat keamanan. 6 Agustus 1951 pada 19.00 Wib, gerombolan Eteh berkekuatan puluhan orang bersenjata tajam dan senjata api dengan memakai ikat kepala bersimbol burung merpati dan palu arit menyerang asrama Mobile Brigade Polisi di Tanjung Priok. Tujuannya merebut senjata.

Peristiwa ini diawali ketika seorang anggota gerombolan datang dengan alasan menjenguk rekannya, secara tiba-tiba mereka menyerang anggota polisi di pos jaga asrama. Dua orang anggota polisi yang sedang bertugas jaga, sama sekali tidak menduga sehingga tidak sempat melakukan perlawanan. Keduanya mengalami luka-luka parah. Seorang wanita penghuni asrama pun menderita luka-luka. Dalam serangan tersebut, gerombolan berhasil merampas 1 bren, 7 karaben mauser dan 2 pistol.

Banyak peristiwa-peristiwa lain yang terjadi dan dipaparkan dalam bentuk diorama. Perlu kewaspadaan tinggi dalam menggalang persatuan dan kesatuan bangsa, supaya peristiwa tersebut tak terulang. Sebagaimana kata-kata yang tertulis di dinding ketika saya hendak keluar ruangan. "Terima Kasih Kepada Anda yang Telah Menyaksikan Sebagian dari Diorama Peristiwa Biadab yang Dilakukan Oleh PKI. Jangan Biarkan Peristiwa Semacam itu Terulang Kembali. Cukup Sudah Tetes Darah dan Air Mata Membasahi Bumi Pertiwi. Untuk itu Perihara dan Tingkatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Selamat Jalan dan Merdeka. (Firman/berbagai sumber)



07 Juli 2011 - 17:38:51 WIB

Dibaca : 3956

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Gedung Museum Naskah Proklamasi Gedung Museum Naskah Proklamasi
Jumat, 12 Agustus 2011
Museum Tekstil Jakarta Museum Tekstil Jakarta
Rabu, 10 Agustus 2011
Museum Layang-Layang Indonesia Museum Layang-Layang Indonesia
Selasa, 05 Juli 2011

SHARE