"Nenek moyangku orang pelaut gemar mengarung luas samudera, " masih ingatkah kita dengan petikan lirik lagu anak-anak Nasional diatas, tentu pasti masih ingat dong. Memang benar nenek moyang kita dulu banyak yang berprofesi sebagai seorang pelaut mulai dari nelayan, pelautperdagangan dan masih banyak jenis aktifitas lainya yang berhubungan erat dengan laut, profesi seperti ini menjadi pilihan utama guna mencari penghidupan pada jaman itu.

Hal ini sangat dimungkinkan karena letak geografis negara kita yang meliputi pulau-pulau yang terpisah oleh lautan sehingga peranan alat transportasi berupa kapal laut amat sangat bermanfaat. Apa yang harus kita lakukan bila ingin melihat saksi sejarah kehebatan nenek moyang kita dalam hal melaut beserta sejarah kebaharian di Indonesia?, jangan ragu-ragu langkahkan saja kaki anda ke daerah Jakarta Utara tepatnya di Museum Bahari Indonesia ditempat ini pastinya kita akan mendapatkan informasi secara akurat dan jelas tentang sejarah kelautan Indonesia.

Museum ini memiliki dua bangunan yakni dibagian depan merupakan menara Syahbandar yang berdiri diatas benteng tua milik Belanda, menara ini dulunya berfungsi sebagai gardu dan pos pengamatan terhadap kapal-kapal yang masuk dan keluar Batavia pada jaman penjajahan VOC. Sementara museum inti berada dibelakang bangunan menara Syahbandar yang kira-kira jaraknya 50 meter.

Disini dapat kita temui koleksi-koleksi seperti miniatur perahu Phinisi yang amat terkenal sampai masa sekarang , ada juga kemudi guling asli dari kapal, perahu Jukung Barito yang merupakan jenis perahu khas dari sungai Barito kalimatan Selatan. Di ruangan lainnya juga dapat dilihat kerangka perahu papan yang cukup besar, teropong, ruangan peragaan sejarah yang berbentuk mading-mading tentang sejarah kelautan dari masa kolonial Portugis sampai era Belanda. Dan yang cukup menarik kita dapat melihat secara langsung perahu-perahu jaman dulu yang digunakan untuk berlayar dengan ukuran yang cukup besar, pada ruangan belakang museum. (Roy)