Register Login

Gedung Museum Naskah Proklamasi

Indonesia sebagai salah satu bangsa yang merdeka memiliki banyak sejarah dalam perjalanannya. Sudah semestinya bangunan bersejarah yang menjadi saksi besar dapat dijaga dan dilestarikan sebagai salah satu pelajaran berharga generasi bangsa di masa mendatang. Dengan mengenal dan memahami sejarah itulah masyarakat akan menghargai kerja keras para pejuang bangsa yang sudah melakukan pengorbanan besar.

Cucuran darah serta air mata adalah bukti nyata atasjerih payah demi kemerdekaan Indonesia yang saat ini bisa dirasakan oleh kita semua. Sebagai bangsa yang besar, Indonesia memiliki banyak peristiwa. Hal ini ditunjukkan dengan banyaknya gedung-gedung yang menyimpan sejarah perjalanan bangsa. Salah satunya Museum Perumusan Naskah Proklamasi. Gedung yang berada di Jalan Imam Bonjol ini didirikan sekitar 1920 dengan Arsitektur Eropa (Art Deco).

Luas tanah lokasi yang pernah dijadikan sebagai kediaman Laksamana Muda Tadashi Maeda, Kepala Kantor Penghubung antara Angkatan Laut dengan Angkatan Darat Jepang ini 3.914M2 dengan luas bangunan 1.138,10M2. Pemilik gedung tersebut pada pada 1931 atas nama PT Asuransi Jiwasraya. Ketika terjadi perang pasifik, gedung tersebut digunakan British Consul General hingga Jepang menduduki Indonesia. Walau Proklamasi sudah didengungkan, Maeda sendiri masih mendiami lokasi tersebut sampai sekutu mendarat Indonesia, September 1945. Jepang pun kalah dan gedung tersebut pun menjadi markas tentara Inggris.

Pada 1961, terjadi aksi nasionalisasi pemindahan status pemilikan gedung. Dimana gedung yang dimiliki bangsa asing di Indonesia menjadi milik negara. Akhirnya gedung ini pun diserahkan kepada Departemen Keuangan dengan pengelolaannya PT Asuransi Jiwasraya. Kedutaan Inggris pun pernah mengontrak sejak 1961 hingga 1981. sebelum akhirnya diterima kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan pada 28 Desember 1981.

Pada 1982, gedung ini sempat digunakan Perpustakaan Nasional sebagai perkantoran. Terlepas dari perjalanan gedung tersebut, museum yang kini berada di bawah naungan Departemen Kebudayaan dan Pariwisata, Direktorat Jenderal Sejarah dan Purbakala ini menjadi sangat penting artinya. Karena arah depan bangsa Indonesia terjadi di gedung tersebut pada 16 dan 17 Agustus 1945. Yakni perumusan naskah proklamasi. Akhirnya pada 1984, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Prof. Nugroho Notosusanto memberikan instruksi kepada Direktorat Permuseuman supaya merealisasikan gedung bersejarah menjadi Museum Perumusan Naskah Proklamasi.

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Nomor 0476/1992 pada 24 November 1992, ditetapkan sebagai Museum Perumusan Naskah Proklamasi, yaitu sebagai Unit Pelaksana Teknis di Bidang Kebudayaan di bawah Direktorat Jenderal Kebudayaan, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Di dalam gedung tersebut terdapat empat ruangan yang menyimpan saksi sejarah. Ruang pertama merupakan tempat peristiwa persiapan perumusan naskah proklamasi. Ruangan tersebut merupakan ruang tamu yang juga digunakan sebagai kantor oleh Maeda.

Sepulang dari Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 pada 22:00 Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo diterima oleh Maeda di ruang ini. Pertemuan ini dihadiri oleh Nishijima (Asisten Maeda) dan Mijoshi (Diplomat Karir Kementerian Jepang). Ruang kedua adalah ruang makan dan tempat untuk mengadakan rapat. Dini hari menjelang 03:00 Ir. Soekarno, Drs. Mohammad Hatta, dan Mr. Ahmad Soebardjo memasuki ruangan ini dan mengitari meja bundar. Sedangkan Soediro (Mbah) dan Burhanuddin Moehammad Diah mengikuti dan duduk di ruang agak belakang.

Setelah semua selesai, berpindah ke ruang ketiga. Ruang ketiga digunakan untuk mengutarakan konsep naskah proklamasi kepada hadirin di serambi muka (ruang pengesahan/penandatanganan naskah proklamasi). Ir. Soekarno mulai membacakan rumusan pernyataan kemerdekaan yang telah dibuat secara perlahan-lahan dan berulang-ulang. Setelah itu, Ir. Soekarno bertanya kepada hadirin, dan dijawab setuju. Diulang kembali pertanyaan itu oleh Ir. Soekarno apakah saudara semua benar-benar setuju? Jawaban yang keluar tetap sama yaitu setuju.

Ketika sampai saat untuk menandatangani, timbul pertentangan pendapat hingga suara menjadi gaduh. Menurut Teukoe Moehammad Hassan, terdapat tiga usulan yang diajukan dalam menandatangani naskah proklamasi. Yaitu semua menandatangani, yang hadir dibagi kelompok dan tiap kelompok perwakilan satu orang menandatangani, dan alternatif ketiga hanya ketua dan wakil ketua saja yang memberikan tanda tangan. Dalam bukunya Mr. Ahmad Soebardjo menulis bahwa dalam suasana tegang, Sayuti Melik mengadakan lobbi agar naskah proklamasi hanya ditandatangani dua orang saja, yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta.

Akhirnya Sukarni maju ke muka dengan suara lantang mengatakan kita di sini bukan harus menandatangani naskah, cukuplah dua orang saja yang menandatangani atas nama rakyat Indonesia. Yaitu Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta. Ternyata usul itu diterima oleh semua hadirin dengan tepuk tangan dan muka yang berseri-seri. Dan di ruang keempat adalah ruang pengetikan. Setelah naskah proklamasi selesai diketik oleh Sayuti Melik segera dibawa kembali ke tempat hadirin (ruang pengesahan/penandatanganan naskah proklamasi), yang digunakan Maeda sebagai ruang rapat dan ruang tamu yang berkapasitas besar. Di ruang inilah naskah proklamasi ditandatangani oleh Ir. Soekarno dan Drs. Mohammad Hatta di atas sebuah piano yang terletak di bawah tangga atas nama Bangsa Indonesia.

Peristiwa tersebut berlangsung menjelang pagi pada Jumat, 17 Agustus 1945. Museum Perumusan Naskah Proklamasi Jalan Imam Bonjol Nomor 1 Jakarta Pusat 10310 Buka Selasa sampai Jumat pada 08:00 Wib hingga 16:00 Wib Sabtu dan Minggu pada 08:30 Wib sampai 17:00 Wib Telepon (021) 3144 743 fax. (021) 3924 259 Website www.munasprok.com Email munasprok@yahoo.co. (Firman)



12 Agustus 2011 - 16:02:09 WIB

Dibaca : 2045

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Museum Transportasi Udara Museum Transportasi Udara
Kamis, 08 September 2011
Sejarah Indonesia Sejarah Indonesia
Senin, 15 Agustus 2011
Museum Transportasi Laut Museum Transportasi Laut
Kamis, 08 September 2011
Museum Nasional (Tengkorak) Museum Nasional (Tengkorak)
Senin, 22 Agustus 2011

SHARE