Register Login

Museum Satria Mandala (Waspada Purbawisesa)

Bila kita membaca kembali sejarah di masa lalu, kita pernah mendengar pergerakan Darul Islam (DI) atau yang juga dikenal Negara Islam Indonesia (NII). Tentara yang bergerak bernama Tentara Negara Islam (TII). Pergerakan yang menginginkan berdirinya negara dengan asas Islam ini termasuk golongan yang diproklamasikan pada 7 Agustus 1949 (12 Syawal 1368) oleh Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo di desa Cisampah, kecamatan Ciawiligar, kawedananCisayong Tasikmalaya, Jawa Barat.

Tujuannya menjadikan Indonesia dengan dasar negara agama Islam. Dalam perkembangannya, DI menyebarkan di beberapa wilayah, seperti DI/TII Jawa Barat, DI/TII Jawa Tengah, DI/TII Sulawesi Selatan, DI/TII Kalimantan Selatan, dan DI/TII Aceh. Seperti yang dikabarkan, awal berdirinya DI memiliki tujuan untuk menentang penjajah Belanda di Indonesia. Namun, setelah kekuatan bertambah, Kartosuwiryo memproklamasikan berdirinya Negara Islam Indonesia (NII) pada 17 Agustus 1949. Namun, 4 Juni 1962, Kartosuwiryo berhasil ditanggap oleh pasukan Siliwangi di Gunung Geber, Majalaya, Jawa Barat.

Dan dijatuhi hukuman mati pada 16 Agustus 1962. Di Jawa Tengah bagian utara sendiri, DI/TII dipimpin oleh Amir Fatah, yang bergerak di daerah Tegal, Brebes dan Pekalongan. Amir Fatah diangkat sebagai komandan pertempuran Jawa Tengah dengan pangkat Mayor Jenderal Tentara Islam Indonesia. Fenomena di atas merupakan sebagian kecil dari gerakan DI/TII yang bagi setengah masyarakat Indonesia dan pemerintah sebagai pemberontak yang harus diluruskan kembali pemikirannya. Supaya tak membahayakan stabilitas bangsa yang baru memproklamirkan kemerdekaan, terutama dalam hal perekrutan massa, guna menyebarkan paham-paham yang mengarah kepada ideologi keislaman.

Padahal, sejak awal oleh sang proklamator Indonesia dibangun untuk menjadi negara yang berasas pada keberagaman. Tak ada salahnya, bila hal ini memunculkan pertentangan antara pemerintah dengan kelompok DI/TII. Pada gilirannya, pertempuran pun berkobar. Hingga pemerintah dapat menumpas habis gerakan DI/TII tersebut. Walau demikian, dimungkinkan sisa-sisa pemikiran hingga saat ini masih berlaku di sebagian kelompok kecil dengan model pergerakan bawah tanah. Untuk itulah, pemerintah mendirikan Museum Waspada Purbawisesa.

Museum yang berada di dalam lingkungan Satria Mandala ini menyajikan berbagai koleksi untuk masyarakat Indonesia. Tujuannya supaya senantiasa waspada terhadap ideologi dan pemahaman yang mengarah kepada sikap radikalisme. Ada beberapa koleksi museum yang disajikan. Di antaranya, diorama pertemuan pejabat tinggi yang membahas perkembangan bangsa Indonesia ke masa depan. Juga terdapat koleksi replika tanda pangkat yang menamakan dirinya Negara Islam Indonesia (NII).

Selain itu, digambarkan pula bagaimana pemberontakan dan serangan DI/TII dalam melancarkan aksinya terhadap masyarakat Indonesia. Karena mereka dianggap sebagai musuh dan harus ditumpas. Hal ini sebagaimana terpampang dalam Proklamasi NII yang dibuat oleh Imam NII atas nama umat Islam Indonesia, yakni Sekarmadji Maridjan Kartosoewirjo. Antara lain petikan proklamasi tersebut berbunyi "Bismillahirrahmanirrahim Asjhadoe anla ilaha illallah wa asjhadoe anna Moehammadar Rasoeloellah. Kami, Oemmat Islam Bangsa Indonesia MENJATAKAN: Berdirinja ,,NEGARA ISLAM INDONESIA. Maka hoekoem jang berlakoe atas Negara Islam Indonesia itoe, ialah: HOEKOEM ISLAM.

Allahoe Akbar! Allahoe Akbar! Allahoe Akbar!" Digambarkan pula peta pergerakan DI/TII beserta operasi penumpasannya yang terjadi pada 1949 hingga 1965. Bila menuju lantai dua museum ini, akan membicarakan banyak hal. Seperti pemberitaan media seputar kembalinya beberapa anggota DI/TII ke pangkuan keluarga (bertaubat). Museum yang diresmikan pada 10 November 1987 oleh Presiden Soeharto ini memberikan gambaran kepada pengunjung untuk dapat mengambil pelajaran berharga dari sejarah di masa lalu. Betapa kepentingan politik yang diperjuangkan melalui pemberontakan akan menimbulkan luka yang dalam bagi persada ibu pertiwi. Rekaman peristiwa sejarah yang berada di Museum Waspada Purbawisesa untuk membangkitkan tekad agar penderitaan yang pernah terjadi tidak akan pernah terulang lagi. (Firman)




18 Agustus 2011 - 11:21:06 WIB

Dibaca : 2370

BACA ARTIKEL MENARIK LAINNYA

Gedung Arsip Nasional RI Gedung Arsip Nasional RI
Senin, 19 September 2011
Museum Penerangan ke-1  (TMII) Museum Penerangan ke-1 (TMII)
Kamis, 18 Agustus 2011

SHARE