-
Lukisan Replika Penangkapan Pangeran Diponegoro Oleh Jenderal De Kock Pada Tahum 1830
-
Gambar Pangeran Diponegoro Yang Ciptakan Oleh Adrianus J. Bik
-
Salah Satu Gambar Yang Menampilkan Benda Peninggalan Pangeran Diponegoro
-
Salah Satu Sudut Ruang Pameran di Erasmus Huis
-
Suasana Ruang Pameran Di Erasmus Huis Tentang Pangeran Diponegoro
Pameran Kisah Perjuangan Pangeran Diponegoro Di Erasmus Huis
Erasmus Huis sebagai pusat kebudayaan Belanda di Jakarta mempersembahkan
pameran Pangeran Diponegorodalam perspektif Belanda. Dari tahun 1800 hingga
kini “di Erasmus Huis memperlihatkan makna dan legasi Diponegoro bagi
masyarakat kolonial Belanda dan masyarakat Belanda masa kini. Pamern ini
berlangsung mulai 12 Februari – 11 Maret 2015.
Pameran yang dikurasi oleh Dr. Sadiah Boonstra, menyoroti beragam pandangan masyarakat Belanda tentang Diponegoro seperti yang dituangkan dalam surat, manuskrip, dan artikel dalam surat kabar di Belanda pada abad ke-19 dan ke-20. Selanjutnya, pameran ini juga memperlihatkan bahwa simbol-simbol ‘kekalahan’ Diponegoro dan pusakanya, simbol pribadinya tentang kekuasaan dan identitas, menjadi relik yang banyak dicari pada abad ke-19 dan ke-20.
Kepemilikan atas benda-benda ini memberikan kalangan kolonial Belanda peran dalam sejarah nasional Belanda yang penting ini, diakui dalam narasi pembentukan bangsa, dan mengklaim kekalahan ‘pemberontak’ yang terkenal ini. Selain itu, pameran ini memperlihatkan arti Diponegoro bagi masyarakat Belanda masa kini. Tulisan otobiografi Diponegoro, Babad Diponegoro, yang ditulis pada saat pengasingan di Makassar dan merupakan UNESCO Memory of the World tahun 2013, adalah contoh terbaru dari makna Diponegoro bagi masyarakat Belanda dan Indonesia. (Angga W/geDoor)
Pameran yang dikurasi oleh Dr. Sadiah Boonstra, menyoroti beragam pandangan masyarakat Belanda tentang Diponegoro seperti yang dituangkan dalam surat, manuskrip, dan artikel dalam surat kabar di Belanda pada abad ke-19 dan ke-20. Selanjutnya, pameran ini juga memperlihatkan bahwa simbol-simbol ‘kekalahan’ Diponegoro dan pusakanya, simbol pribadinya tentang kekuasaan dan identitas, menjadi relik yang banyak dicari pada abad ke-19 dan ke-20.
Kepemilikan atas benda-benda ini memberikan kalangan kolonial Belanda peran dalam sejarah nasional Belanda yang penting ini, diakui dalam narasi pembentukan bangsa, dan mengklaim kekalahan ‘pemberontak’ yang terkenal ini. Selain itu, pameran ini memperlihatkan arti Diponegoro bagi masyarakat Belanda masa kini. Tulisan otobiografi Diponegoro, Babad Diponegoro, yang ditulis pada saat pengasingan di Makassar dan merupakan UNESCO Memory of the World tahun 2013, adalah contoh terbaru dari makna Diponegoro bagi masyarakat Belanda dan Indonesia. (Angga W/geDoor)
19 Februari 2015 - 00:01:01 WIB
Foto : Angga W
Dibaca : 1639